Senin, 19 Oktober 2009

KETIKA CINTA BERTASBIH, SEBUAH INTROSPEKSI INTERNAL

Ketika cinta bertasbih memang hanya sebuah warna yang disuguhkan kembali dalam dunia perfilman, dan anemo masyarakat sangat respek terhadap kehadirannya. Salah satu alasan, mungkin masyarakat sudah jenuh dengan warna film yang lain, dan ketika cinta bertasbih memang kalau sekilas ditinjau syarat akan makna. Banyak pelajaran yang berarti dalam liputan-demi liputannya. Namun kelemahan yang ada, mungkin kurang bisa dihubungkan antara alur cerita dengan karakteristik masyarakat kita, penampilan arabisme yang masih belum terlihat tampak seperti layaknya, dan yang ketiga.... cenderung memperlihatkan kebesaran salah satu universitas. Yang kalau ditinjau dalam sudut pandang masa kini, sudah menyuguhkan kehadiran yang berbeda, karena Al-Azhar kini tidaklah seharum dulu. Perguruan Tinggi kita malah unggul bersaing dengan Al-Azhar, dimana kita sebagai sebuah bangsa mulai lagi menunjukkan taringnya...dalam Indonesia Golden Ways. Setiap warga negara Indonesia harus memberikan warna baru yang positif demi tercapainya Indonesia Golden Ways. Bercermin dari segala kemungkinan yang ada, dan mungkin jalan akan terbuka... seperti ketika cinta bertasbih.